Kamis, 25 Agustus 2011

Tugas Pokok dan Fungsi Taman Nasional Gunung Merbabu


Taman Nasional mempunyai sepuluh tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankan antara lain :


1. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional


2. Pengelolaan kawasan taman nasional


2. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan kawasan taman nasional


4. Pengendalian kebakaran hutan


5 Promosi, informasi konservasi sumberdaya hutan dan ekosistemnya.


6. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya hutan dan ekosistemnya


7. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya hutan dan ekosistemnya, serta kemitraannya


8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional


9. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam


10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

Rabu, 24 Agustus 2011

JALUR PENDAKIAN TEKELAN




Jalur Pendakian tekelan ini dapat ditempuh dari Kabupaten Semarang dan Kabupaten Salatiga. Berikut ini adalah Tapak dan Pos yang ada sepanjang jalur pendakian tekelan:




1. Base camp (1600 mdpl)


Terletak di dusun tekelan, desa Kopeng. Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Panda koordinat 110o 25’ 34,3”//07 o 24’ 43,1” Merupakan tempat yang mempunyai masyarakat dengan agama yang beragam hindu, budha, islam, katolik dengan masyrakat yang ramah. Terdapat rumah penduduk (base camp) tempat sementara sebelum pendaki naik gunung dan setelahnya. Pendaki dapat meminta pelayanan jika membutuhkan keperluan akomodasi dan air hangat dengan biaya yang murah.


2. Pending (1922 mdpl)


Lokasi ini terletak pada koordinat X = 0437076 dan Y = 91749624 Tapak ini merupakan tapak pertama pada jalur pendakian tekelan, sebelum tapak ini terdapat pertigaan dimana terdapat lokasi sumber mata air. Daerah ini bukan merupakan kawasan Taman Nasional tapi merupakan tanah milik penduduk, terdapat jalur ke kanan menuju air terjun panda koordinat 110o 25’ 50,7”//07 o 24’ 44,8”


3. Pereng Putih (2200 mdpl )


Tempat yang luas berkisar 20 meter2. Pada koordinat 110o 25’ 57”//07 o 25’ 50” dengan pandangan berupa tebing – tebing kapur dan jurang. Terdapat pos semi permanen buatan masyarakat/pecinta alam yang sudah tidak terawat. Dari pos Pending membutuhkan waktu sekitar 35 menit jalan dan akan melewati kali kecil yang disebut kali sowo, karena diatas kali itu banyak ditumbuhi pohon sowo.


4. Gumuk Mentul (2400 mdpl)


Merupakan tempat datar dimana terdapat pos berupa bangunan semi permanen yang dibuat oleh masyarakat, disebut gumuk karena merupakan daerah seperti gumuk/bukit kecil. Karena lokasinya datar daerah ini sering digunakan untuk berkemah, luas lokasi 10 m2 pada koordinat 110o 26’ 10”//07 o 25’ 40”


5. Lempong Sampan (2525 mdpl)


Lempong sampan berjarak tidak jauh dari tapak gumuk mentul memerlukan waktu sekitar 25 menit (785 m) dengan jalan yang cukup landai, tapak ini merupakan tanah datar yang luas lebih dari 0,2 Ha, daerah ini sangat cocok untuk untuk berkemah panda koordinat 110o 26’ 12”//07 o 25’ 49”


6. Watu Gubug ( 2723 mdpl)


Tapak ini berada pada daerah tebing terdapat daerah datar dengan luas 20 m2 panda koordinat 110o 26’ 18”//07 o 26’ 19,6” dan disamping-sampingnya merupakan jurang dengan view kota Salatiga. Disini terdapat batu besar dan batu-batu kecil lainnya makanya disebut batu gubug.


7. Menara TNI (2913 mdpl)


Disebut menara TNI karena dilokasi ini terdapat Menara TNI milik KODAM IV DIPONEGORO Semarang lengkap dengan ruang operator permanen dengan koordinat X= 0437467 dan Y= 9177698Lokasi ini merupakan pertemuan antara jalur pendakian cuntel dan jalur pendakian tekelan. Untuk menuju lokasi ini baik dari arah tekelan maupun arah cuntel, pendaki harus melalui jalan terjal berbatu yang terkena erosi pada musim hujan.


8. Batas Kabupaten Semarang Magelang (2859 mdpl )


Merupakan pal batas yang membagi antara Kabupaten Semarang, Magelang dan dari titik ini kemudian membagi jalur pendakian dari Magelang (wekas) dan Jalur Pendakian dari Semarang (cuntel dan Thekelan). lokasi ini terletak koordinat X= 0437955 dan Y= 9176894




9. Helipad (2911 mdpl)


Dengan koordinat X= 0438028 dan Y= 9176741 Lokasi terbuka dan datar yang merupakan bekas lokasi bagi pendaratan heli TNI AD. Helipad sering digunakan untuk berkemah dengan luas 5000 meter persegi, setelah helipad akan dapat dijumpai kawah mati (110o 26’ 21”//07 o 26’ 52”) dimana dilokasi tersebut dapat ditemui bekas kawah yang sudah mati dengan asap solfatara yang sangat menyengat. Tidak jauh dari helipad terdapat lokasi yang cukup datar yang dapat digunakan oleh para pendaki untuk berkemah dengan luas 1 (satu) hektar.




10. Geger Sapi Via Cuntel thekelan (3002 mdpl)


Merupakan lokasi yang bila dilihat dari batas kabupaten mirip seperti punggung sapi, untuk sampai kelokasi dari Pos Helipad harus melalui jalan yang curam dan berbatu dengan kanan kirinya merupakan jurang dsehingga harus dengan hati-hati. Lokasi ini terletak pada koordinat X= 0458182 dan Y= 9176749. Disini tidak digunakan untuk berkemah karena tempatnya terbuka dan memiliki luas yang sempit




11. Puncak Syariff Via cuntel (3137 mdpl)


Merupakan salah satu dari 7 (tujuh) puncak Gunung Merbabu, dilokasi ini menurut info dari masyarakat merupakan tempat yang diyakini oleh masyarakat sebagai tempat tinggal wali/orang pintar yang bernama mbah Syarif. Puncak ini merupakan puncak pertama yang dijumpai oleh para pendaki dari jalur tekelan, cuntel dan wekas sebelum di puncak triangulasi dan puncak kenteng songo. Lokasi ini terletak pada koordinat X= 0438508 dan Y= 9176500. Disini sering digunakan untuk berkemah para pendaki dengan luas tempat sekitar 1 (satu ) hektar.




12. Puncak Kenteng Songo (3164)


merupakan salah satu dari 7 (tujuh) puncak Gunung Merbabu, tempat ini terletak disebelah timur laut puncak triangulasi dengan jarak 130 meter, disini dapat dijumpai 6 buah, dengan medan yang sedang dengan dominasi cantigi dan eidelweiis disekitarnya. dari arah syariff pendaki akan melewati dinding tebing batu yang cukup curam. Lokasi ini memiliki koordinat X= 0438283 dan Y= 9176055. Disini juga sering digunakan untuk berkemah para pendaki dengan luas tempat untuk berkemah sekitar 1 (satu ) hektar



Selasa, 23 Agustus 2011

Studi kasus kegiatan pencegahan kebakaran hutan












Kasus 1




Terjadi kebakaran besar didahan pohon (tipe kebakaran atas) didalam kawasan dengan pohon-pohon yang tingginya rata-rata 7-12 arah angin dari puncak gunung, dengan topografi tanah yang miring dan dibatasi oleh jurang yang tegak lurus dengan arah angin/puncak gunung






Kasus 2




Terjadi kebakaran besar disemak belukar dengan luas 100 meter persegi didalam kawasan dengan pohon-pohon yang tingginya rata-rata 5-8 meter dengan dominasi tanaman adalah pohon pinus, keadaan lokasi berupa tanah yang miring agak datar tanpa tebing.


Kasus 3




Terjadi kebakaran besar disemak belukar dengan luas 100 meter persegi didalam kawasan dengan pohon-pohon yang tingginya rata-rata 10-13 meter dengan jenis tanaman hutan campuran, keadaan lokasi berupa tanah yang miring agak datar tanpa tebing.




a. Apa Yang harus dilakukan?


b. Bagaimana Cara memadamkan api?


c. Ceritakan langkah-langkah untuk memadamkannya?












Jawablah Pertanyaan ini ?!




1. Menurut kelompok Bapak/ibu sebutkan apa saja yang diperlukan untuk mencegah kebakaran hutan terjadi dikawasan Taman Nasional ?


2. Menurut kelompok Bapak/ibu sebutkan apa saja penyebab kebakaran hutan dan bagaimana memadamkannya?


3. Menurut kelompok Bapak/ibu sebutkan Bagaimana agar masyarakat peduli terhadap bahaya kebakaran hutan ?

































Minggu, 21 Agustus 2011

ANALISIS EKOSISTEM TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DI KECAMATAN SELO


A. Kondisi Kawasan di Kecamatan Selo.


Sebagaimana disebutkan diatas bahwa Kecamatan Selo mempunyai prosentase lahan kering sangat besar. Dan jumlah lahan kering tertinggi kedua adalah hutan Negara antara lain Kawasan Gunung Merbabu yang sekarang sudah d tunjuk sebagai Taman Nasional sejak tahun 2004. Kawasn yang ditunjuk tersebut sebelumnya adalah hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani, perusahaan BUMN Negara yang bergerak pada hasil hutan baik kayu maupun kayu.


Vegetasi di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu di Kecamatan Selo didominasi oleh Bintami, Puspa , Kesowo( Engelhardia serrata), Akasia dekuren (Acacia decuren), pinus dan lamtoro gunung. Puspa (Schima wallichi), pinus dan Bintami adalah pohonyang mendominasi kawasan hutan di bagian lereng bawah,yang dekta di kawasn penduduk. Kawasan ini adalah kawasan yang relatif tertutup dengan vegetasi . kemudian zona diatasnya didominasi oleh kesowo. Pada awalnya zona ini sangat rapat dengan tumbuhan kesowo, akan tetapi setelah kejadian kebakaran hutan pada tahun 2006 yang sangat besar, tanaman ini terbakar dan semakin berkurang.




B. Pemanfaatan Potensi Kawasan Taman Nasional di Kecamatan Selo


Selama ini kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan sebagai sumber air, sumber pakan ternak, dan sumber bahan bakar. Bagi sebagian masyarakat bahkan hari-hari mereka lebih banyak dihabiskan di Hutan Gunung Merbabu daripada di rumah mereka.


Dalam penggunaan air masyarakat Selo terutama di Desa Tarubatang menggunakan Mata Air Tuk Pakis sebagai sumber air keseharian masyarakat. Sedangkan masyarakat Desa Selo dan sekitarnya menggunakan Mata Air Tuk Babon sebagai sumber air untuk MCK keluarga. Kedua Mata air ini berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Masyarakat mengambil air langsung menggunakan pipa ke sumber air, mengingat kondisi tanah yang sangat poros sehingga air akan mudah hilang jika melewati tanah.


Masyarakat selain memanfaatkan air juga mengambil kayu bakar (rencek) sebagai sumber bahan bakar keluarga. Potensi Taman Nasional lainnya yang dimanfaatkan masyarakat adalah rumput, masyarakat mengambil rumput, disamping mengolah tanah dikawasan untuk ditanami rumput. Kegiatan pengolahan lahan untuk rumput inilah yang membuat kegiatan rehabilitasi Taman Nasional agar terhenti. Hal tersebut disebabkan oleh masyarakat yang membuka tajuk, bahkan menebang vegetasi agar rumput tersebut dapat tumbuh dengan baik. Di Desa Tarubatang juga terdapat jalur pendakian yang sangat ramai pada saat tahun Baru, Idul fitri, Tahun baru masehi. Jalur pendakian ini adalah salah satu jalur pendakian yang ramai di Taman Nasional Gunung Merbabu.




C. Kegiatan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Selo


Taman Nasional Gunung Merbabu telah mengadakan Salah satu kegiatan yang pernah dilakukan di Kecamatan Selo adalah kegiatan Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat Peduli Api di Desa Tarubatang, Mengingat daerah ini sangat rawan terjadinya kebakaran Hutan. Selain itu Taman Taman Nasional juga telah mengadakan sosialisasi di Desa Jrakah Kecamatan Selo, Pembuatan Jalur Patroli di Dusun Tumut diatas Desa Jrakah, serta penanaman Jalur batas di Jrakah.




D. Permasalahan yang ada di Kawasan Taman Nasional di Kecamatan Selo


Permasalahan secara umum yang ada dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu antara lain karena aktivitas yang sangat tinggi di Taman, Masyarakat berinteraksi dengan kawasan sangat tinggi, sehingga sedikit banyak menimbulkan permasalahan. Meliputi :


1. Sering terjadinya peristiwa kebakaran hutan di Kecamatan Selo


Pada tahun 1999 terjadi kebakaran hutan seluas 45 Ha dimukinkan terjadi di daerah ini, Pada tahun 2006 kebakarn besar juga terjadi di kawasan ini yang menyebabkan zona kesowo habis terbakar. Dan pada tahun 2007 terjadi kebakaran di blok pentur dan blok Jurang Bangkai , Desa Selo seluas 10 Ha. Pada tahun 2008 juga terjadi kebakaran seluas 7 Ha yang tersebar 3 Ha di Jrakah dan 4 Ha di Desa Selo


2. Adanya pendakian gunung yang tidak terorganisir, adanya Vandalisme


Kegiatan pendakian yang sering diadakan di jalur pendakians selo terkadang tanpa menggunakan kaidah yang baik, oleh karena itu perusakan lingkungan sering terjadi baik berupa vandalism, maupun perusakan vegetasi mengingat masih belum adanaya pengelolaan Jalur Pendakian.


3. Sarana dan prasarana air yang ada yang tidak sesuai fungsi kawasan


Sarana yang menjadi pera=msalahan adalah adanay paralaon dan bak air yang semestinya tidak ada dalam kawasan.


4. Pembukaan vegetasi untuk penanaman rumput


Dalam rangka memperoleh rumput masyarakat sering membuka lahan untuk ditanami rumput, pembukaan vegetasi yaitu dengan menebang pohon maupun semak. Mengingat ternak yang sangat banyak 18.001 ekor, dengan jumlah sapi sebanyak 10.585 ekor. Untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi masyarakat membudidayakan pakan di kawasan .


5. Pengambilan rencek yang berlebihan


Sebagaimana disebutkan sebelumnya masyarakat memenuhi akan kebutuhan bahan bakar dengan merencek di kawasan TN Gunung Merbabu, kegiatan ini akan diperparah lagi jika rencek tersebut dijual, sehingga kegiatan eksploitasi tersebut akan semakin berlanjut.

KEADAAN DAN POTENSI KECAMATAN SELO


A. Keadaan Umum


Kecamatan Selo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali. Kecamatan ini terdiri dari 10 desa yang tersebar di sisi sebelah timur dan utara lereng Gunung Merapi dan sebelah barat selatan lereng Gunung Merbabu. Wilayah Kecamatan Selo sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Ampel Kabupaten Magelang, sebelah selatan di batasi oleh Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Magelang. Sedangkan di sebelah Timur dibatasi Oleh Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.


Kecamatan Selo adalah salah satu kawasan Penyangga Taman Nasional dengan jumlah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan berjumlah 7 desa dari 10 desa yang ada di Kecamatan Selo. Desa-desa tersebut adalah Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Selo, Desa Senden, Desa Tarubatang dan Desa Jeruk sedangkan tiga desa yang tidak berbatasan langsung dengan balai Taman Nasional Gunung Merbabu yaitu : Desa Tlogo lele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah.


Daerah yang berada diantara lereng Merapi dan Lereng Merbabu ini mempunyai ketinggian dari permukaan air laut antara 1.200 m dpl-1.500 m dpl. Dengan Curah Hujan yang cukup tinggi yaitu 3.055 mm per tahun (2006) dengan jumlah hari hujan mencapai 106 hari hujan. Iklim yang ada di daerah ini adalah iklim tipe C basah berdasarkan pembagian iklim menurut Schmidt dan ferguson. Iklim ini sangat cocok untuk daerah pertanian.




B. Lahan


Tanah di Kecamatan selo sebagian besar digunakan sebagai tanah kering yaitu mencapai 5.572,4 Ha dari 5.607,8 Ha, sisanya adalah tanah sawah yang hanya seluas 35,4 Ha. Tanah Kering tersebut digunakanoleh masyarakat sebagai pekarangan/bangunan seluas 998,9 Ha, Tegal/kebun seluas 1.9272 Ha, Hutan Negara 1.350,6 Ha, lainnya 495,7 Ha. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah hutan Negara dalam hal ini Taman Nasional Gunung Merbabu sangat luas menduduki peringkat kedua setelah luas tegalan/kebun.


Lahan di daerah ini di dominasi oleh tanah perbukitan,. Sangat sedikit daerah yang berupa dataran. Hal ini dapat dilihat dari prosentase jumlah tanah sawah yang sangat minim. Di Desa Tlogolele dan Desa Klakah terdapat sumber galian C terutama pasir dan batu kali yang bersumber dari sungai Apu yang terdapat diantara dua desa tersebut diatas. Galian C tersebut merupakan material yang bersumber dari longsoran lahar dingin gunung teraktif di Indonesia , Gunung Merapi.




C. Kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat


Penduduk Kecamatan Selo berjumlah 26.777 Jiwa dengan jumlah laki-laki 12.969 jiwa dan jumlah perempuan 13.808 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 477 Jiwa/Ha. Yang tersebar dalam 7.649 Kepala Keluarga. Dengan tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata cukup rendah yaitu hanya tamat SD dengan angka 9.971 jiwa dari total 24.800 Jiwa. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Selo umumnya petani baik petani tanaman pangan maupun tanaman holtikultura, disamping beternak


Mata Pencaharian penduduk Selo adalah petani, Sebagian besar petani dengan pertanian kering dan holtikultura. Sebagian lagi adalah penambang pasir diwilayah Merapi.

Tipe Ekosistem Hutan Pegunungan bawah (1000-1500 mdpl) Taman Nasional Gunung Merbabu Wilayah Magelang.





Tipe Ekosistem berdasarkan ketinggian ini di Kawasan Merbabu Kabupaten Magelang hanya ditemukan dikawasan yang menjari, dimana kawasan ini panda umunya berdekatan dengan lahan milik masyarakat bahkan berdampingan dengan pemukiman warga. Tipe Ekosistem Hutan Pegunungan bawah dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu telah mengalami perubahan, hal ini terjadi karena kawasan ini sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kedu Utara dimana dengan tanaman jenis Pinus Merkusii. Tanaman ini ditanam oleh Perum Perhutani untuk menghasilkan getah pinus. Jenis Pinus ini tersebar dikawasan yang menjari yang merupakan fragmen kawasan Taman Nasional. Hampir dipastikan bahwa hutan ini merupakan hutan homogen dengan kelas umur yang sama per petak, dimana petak-petak ini telah dibagi-bagi sesuai dengan tipe dan bentang lahan sesuai kebutuhan dari Perusahaan. Dibawah tegakan pinus hampir pasti jarang sekali dijumpai tanaman yang mampu tumbuh dengan baik karena sifatnya itu. Ditipe ekosistem ini hanya ditemukan satu jenis pohon selain pinus yaitu preh di desa Banyusidi selain itu hampir semua jenis pohonnya merupakan pinus Merkusii.


Untuk flora tingkat Tiang Jenis Pinus ini masih mendominasi, dimana Tanaman pinus ini masih berumur muda dengan Kelas Umur II (antara 1-20 Tahun) hanya ditemui jenis Akasia dekuren selain jenis Pinus Merkusii.


Sedangkan untuk Flora tingkat Tiang sudah mulai muncul beragam jenis antara lain meliputi Sonokeling, manis jangan, Jambu, Murbei, Waru Gunung, Akasia, Kemlandingan Gunung, dan Kaliandra.


Jenis-jenis Tumbuhan Bawah panda Tipe Ekosistem ini ditemukan 87 jenis tumbuhan bawah dan semai dari total 158 Jenis flora tumbuhan bawah yang ditemukan dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu Wilayah Magelang. Dimana jenis Tisu Alam, Suplir, Kumis Kucing, RUmput Bunga 2 cabang dan rumput buluh pangkal, rumput kebo mendominasi. Hal ini disebabkan oleh karena daun-daun pinus merkusii yang sudah kering dan menutupi permukaan hutan mampu menghambat pertumbuhan tanaman bawah serta penutupan tajuk yang kompak.

Kamis, 18 Agustus 2011

Thuja Orientalis, Cupressus sp, Podocarpus sp

Thuja merupakan genus dari family Cupressus sp yang merupakan jenis tumbuhan yang mirip, mirip, jenis ini dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sering disebut bintamin, cemara gembel, cemara wewe dsb.

Kamis, 11 Agustus 2011

Kegiatan yang Boleh Dilakukan dan Tidak Boleh Dilakukan di Kawasan Taman Nasional





Yang boleh dilakukan di kawasan Taman Nasional :


1) Yang boleh dilakukan di kawasan taman nasional, antara lain :


a. Kegiatan untuk tujuan rekreasi, yaitu kegiatan untuk berkemah dan mendaki gunung


b. Kegiatan untuk tujuan penelitian


c. Kegiatan untuk tujuan pendidikan





2) Yang tidak boleh dilakukan di Taman Nasional, antara lain :


a. Membawa senjata api/angin/tajam, binatang peliharaan, benih tanaman, bahan kimia, minuman keras dan obat-obatan terlarang ke dalam kawasan


b. Melakukan tindakan yang dapat merusak keutuhan kawasan baik terhadap tumbuhan maupun satwa


c. Berburu, menangkap, membawa dan memiliki satwa atau bagian-bagiannya baik dalam keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitian


d. Melukai/membunuh satwa, kecuali satwa tersebut membahayakan keselamatan


e. Mengambil, merusak, membawa dan memiliki telur/sarang satwa, kecuali untuk tujuan penelitian


f. Menebang, memotong, mengambil dan memiliki tumbuhan dan bagian-bagiannya dalam keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitian


g. Melakukan sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap kondisi tanah


h. Melakukan vandalisme pada tumbuhan, batu, bangunan, dan lain-lain


i. Membuang sampah dan bahan-bahan lainnya yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kecuali pada tempat-tempat yang telah disediakan


j. Menyalakan api yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran, kecuali pada tempat-tempat yang telah ditetapkan


k. Mendirikan kemah/tenda di luar daerah bumi perkemahan, kecuali untuk kegiatan ekspedisi dan penelitian


l. Melanggar rute yang telah ditetapkan.

FUNGSI TAMAN NASIONAL

Fungsi Taman Nasional

Taman Nasional merupakan Kawasan Pelestarian Alam dengan fungsi meliputi :

1) Perlindungan sistem penyangga kehidupan



Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk. Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.Perlindungan sistem penyangga kehidupan antara lain meliputi fungsi sebagai pencegah hilangnya air tanah, menyimpan cadangan air, mencegah banjir, menghasilkan oksigen, mencegah longsor, menjaga keasrian dan kesejukan.


2) Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.


Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan melalui kegiatan: pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Melalui fungsi ini keanekaragaman dan jenis satwa dan tumbuhan akan lestari dan dapat disaksikan oleh generasi yang akan datang.


3) Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan ekosistemnya


Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Melalui fungsi ini diharapkan taman nasional mampu menghasilkan pendapatan bagi negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini meliputi antara lain: Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam, Pariwisata, ekspor satwa.

7 spesies prioritas dan kriteria endemisitas satwa liar

Tujuh kelompok daftar spesies prioritas meliputi:


1. Kelompok reptil dan amphibian bobot : 20 %


2. Mamalia Non primata : 15%


3. Primata : 10 %


4. Burung : 15 %


5. Serangga : 10 %


6. Tumbuhan : 10 %


7. Marine dan fresh water:8 %




Kriteria Endemisitas :


1. Endemisitas : Lokal, Regional, Nasional, Non Endemik


2. Status Populasi : Populasi alami kecil, Populasi global di Indonesia : Jarang, Sedang, Menurun drastis, Rentan


3. Kondisi Habittat : Habitat sesuai hampir habis, Mengalami Penurunan, Cukup tersedia dan stabil,


4. Keterancaman : Spesies yang mengalami gangguan serius akibat perburuan, penangkapan untuk perdagangan, penangkapan untuk keperluan budaya, praktek pertanian/perkebunan akibat kurang ramah lingkungan, kebakaran, konversi lahan, dan spesies tidak mengalami gangguan serius di alam.


5. Status Pengelolaan Spesies : Manajemen Spesies sudah ada dan manajemen belum ada sama sekali.

Rabu, 10 Agustus 2011

KESOWO (Engelhardia serrata)




Pohon ini tumbuh besar di atas pada tipe zona pegunungan atas, tumbuh merimbun dan tampak hijau, tipe vegetasi ini kini hampir tinggal sedikit, jenis ini pernah mengalami kehancuran yang sangat ketika terjadi kebakarn besar yang melanda Gunung merbabu tahun 2006,


Menurut info dari masyarakat tumbuhan ini bisa besar hingga pelukan dua orang sepanjang tangan meraka,


nah tumbuhan cukup bagus untuk penyimpanan simpanan air, dsb. untuk bentuk dan morfologinya serta persebarannya masih belum bisa dipublish dulu ya...



Rabu, 03 Agustus 2011

Sengon Gunung (albizia montana) atau Kemlandingan Gunung (Mycura Javanica)







Ada satu jenis tanaman yang akus endiri susah mengidentifikasinya klo menurut data statistika kantor yang aku dapat namanya sih Sengon Gunung (Albizia montana) tapi di Internet saya temukan nama Kemlandingan Gunung dimana nama ilmiahnya (Mycura Javanica) Masyarakat boyolali sering menyebut... pohon ini ya mlanding gunung.





jenis tumbuhan ini mampu menyebar dengan pesat di tipe ekosistem pegunungan atas.. akan tetapi umurnya pendek, mudah terbakar, para pendaki banyak menggunakan kayu tumbuhan ini untuk bahan bakar perapian...


jenis tumbuhan ini cepat menyebar karena biji banyak sebagaimana tipe polong polongan, jenis ini jika sudah tua akan meletus


PAKIS POHON (Cyathea sp)



Jenis pakis ini banyak tumbuh dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, jenis ini pada saat buming tanaman hias banyak diburu oleh para pecinta tanaman, karena jenis ini digunakan sebagai media selngkapnya di wikipedia

CANTIGI, MANIS REJO (Vaccinium varingiaefolium)




cantigi atau manis rejo adalah jenis tumbuhan yang menyusun tipe ekosistem pegunungan atas dan sebagian di tipe ekosistem sub alpin, jenis tanaman ini mempunyai kenampakan merah, dan mempunyai daun yang berlilin, formasi tumbuhan ini cukup indah, akan tetapi jarang sekali dapat dilihat jenis tumbuhan ini terlihat mengumpul





Tembelekan (Lantana camara Linn.)



tanaman ini mempunyai bunga yang berubah2 sesuai dengan umur bunga tersebut dan mempunyai bau yang sangat menyengat, itulah mengapa tanaman ini disebut tembelekan.


selngkapnya bisa lihat di link ini

Senin, 01 Agustus 2011

TENGSEK (Dodonea viscosa)






Tengsek dengan nama latin Dodonea viscosa adalah salah satu tanaman penyusun ekosistem Pegununungan atas dan termasuk tanaman yang mendominasi, selain mlanding gunung ataupun sengon Gunung, jenis ini memiliki bunga merah dan apabila kering akan terlihat kering, dan mempunyai biji yang sangat lembut. untuk melakukan pengembangbiakan jenis ini, cukup dengan melakukan pengambilan anakan di bawah formasi ini, jenis tumbuhan ini tumbuh lebih cepat daripada jenis puspa