Rabu, 29 Mei 2013

64 Kesenian Berkembang di Merapi-Merbabu

Boyolali — Perkembangan kesenian di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali patut mendapat acungan jempol. Dari waktu ke waktu, jumlah kelompok seni di kecamatan yang berada di lereng Gunung Merapi-Merbabu ini terus bertambah. Tidak hanya perkembangan yang pesat, namun regenerasinya juga berkembang dengan baik.
Dok.Timlo.net/ ByllDari data di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Boyolali, tercatat ada 64 jenis kesenian yang tumbuh berkembang di lereng Merapi Merbabu. Ada berbagai macam jenis kesenian yang ada, mulai dari bentuk tarian hingga keprajuritan. Tarian keprajuritan paling mendominasi di masyarakat Merapi Merbabu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Boyolali, Sugianto, mengungkapkan pihaknya terus melakukan monitoring terhadap perkembangan kesenian di Selo. Tidak hanya itu, dinas juga membuat terobosan baru dengan membuatkan lifleat, buku dan CD dalam mempromosikan kesenian di Boyolali, khususnya di Selo.
Salah satu upaya yang saat ini sedang digarap adalah dalam rangka sosialisasi sapta pesona. Dalam hal ini, dinas melakukan pendekatan berbagai unsur wisata di Selo, seperti kelompok seni, homestay. “Kami coba ajak mereka untuk satu kata dalam pengembangan kesenian di Boyolali, masih banyak hal yang harus kita benahi, biar semua kelompok seni dapat terwadahi dengan baik,” ungkapnya, Sabtu ( 28/4).
Berbagai jenis tarian yang saat ini berkembang di Selo seperti Turonggo Seto, Topeng Ireng dan Tari Keprajuritan. hanya saja banyak pihak yang menilai gerakan tarian berbagai kelompok hampir mirip dan masih kurangnya kreasi.
timlo

Tersesat 4 Hari di Merbabu, Pelajar Asal Solo Ditemukan Selamat

Boyolali - Taufiq Umar Zainudin (16) pendaki yang hilang di gunung Merbabu sejak Jumat pekan lalu, akhirnya ditemukan dalam kondisi lunglai di bibir jurang. Taufiq langsung dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang sangat lemah setelah tersesat selama 4 hari karena terpisah dari rombongan.

"Taufiq ditemukan di wilayah Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali, siang ini. Dia ditemukan dalam kondisi selamat tergeletak di bibir jurang oleh warga. Kondisinya sangat lemah. Oleh warga kemudian dibawa ke rumah ketua RT setempat," ujar Komadan SAR Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, Senin (27/5/2013).

Lokasi diketemukannya Taufiq sekitar 7 kilometer dari sabana satu, yang merupakan titik awal hilangnya korban. Dari keterangan korban sementara, saat itu dirinya jatuh ke jurang. Kemudian berusaha naik lagi, tetapi kembali terperosok. Lalu berusaha cari jalan untuk naik dan menyusuri tebing-tebing di lereng gunung Merbabu, hingga akhirnya ditemukan warga. Selama tersesat dia hanya minum karena tidak membawa bekal makanan.

Dua Pendaki Hilang di Gunung Merbabu

UNGARAN, KOMPAS.com - Dua orang pendaki dilaporkan hilang di Gunung Merbabu sejak Senin (13/5/2013) siang kemarin. Pencarian masih terus diupayakan oleh Tim SAR Bumi Serasi meski terhalang cuaca buruk.

Kedua pendaki, Antok (17) dan Puguh Adi Saputro (19) naik dari basecamp Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Senin kemarin pukul 03.30WIB. Tim akan menuju puncak Merbabu dan turun ke basecamp Selo, Boyolali. Namun pada Senin siang keduanya mengirimkan pesan pendek telah tersesat karena baru saja Merbabu dilanda badai.

"Mereka adalah pendaki lokal dari Cuntel, masih pemula. Berangkat dari basecamp jam setengah empat pagi, tapi senin siang kontak terakhir lewat SMS kalau mereka kesasar," kata Koordinator SAR Getasan, Agus Surolawe, Selasa (14/5/2013) pagi melalui sambungan telephone.

Agus mengungkapkan, pihaknya langsung menerjunkan tiga tim SAR Getasan dan Manggala (Cuntel) untuk melakukan penjemputan pada senin siang itu juga. Tapi upaya itu belum membuahkan hasil. "Kemarin enam personil terbagi tiga tim langsung ke TKP, tetapi tidak menemukan atau berpapasan dengan pendaki yg dicari. Kami kesulitan memancarkan frekuensi sinyal HP dan HT ketika berada dijalur sampai puncak, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan mereka," ujar Agus.

Sementara itu, hingga Selasa pagi informasi dari Posko Selo, Boyolali juga belum mendapati kedua pendaki tersebut turun. Tim SAR akan kembali melakukan pencarian dengan tambahan personil dari Basarnas Jateng. "Tadi pagi Tim pertama terpaksa turun karena tidak membawa perbekalan yang cukup. Kami akan ulangi pencarian lagi siang ini. Dari Basarnas juga sudah kontak tadi pago meluncur enam personil dari mako Ngaliyan Semarang," tambah Agus.
kompas

Kelompok Tani Gagas Program Satu Pendaki Satu Penanaman Pohon

BOYOLALI—Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali menggagas program Satu Pendaki Satu Penanaman Pohon di Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Sementara ini, mereka menyiapkan 1.600 bibit tumbuhan varietas lokal guna melancarkan program itu.
Hal itu sebagaimana disampaikan pendamping kelompok tani itu, Mujianto saat ditemui Solopos.com di Boyolali, Selasa (30/4/2013).
“Jika satu pendaki membawa satu bibit dan menanamnya, bisa ratusan pohon dalam sekan bertambah di gunung,” ujarnya.
Dia mengatakan hal itu sebagai ajakan pecinta alam untuk tak hanya menikmati Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Melainkan, kalangan tersebut juga diharapnya berperan aktif dalam menjaga keseimbangan.

Kamis, 23 Mei 2013

Surili Jawa (Presbytis fredericae) An Interesting Primate In Merbabu


oleh Moh. Faddel Jauhar, S.Hut

Jumlah spesies primata di Indonesia diperkirakan antara 35 hingga 41 Jenis, dikarenakan banyaknya temuan-temuan sub spesies  yang layak dijadikan sebagai spesies yang berdiri sendiri. Berdasarkan Arahan Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 Jenis Primata yang masuk dalam prioritas Tinggi dan Sangat Tinggi antara lain sebagai Berikut: Orang Utan Sumatera (Pongo Abeii), Bokoi (Macaca pagensis), Bilou (Hylobates klosii), Joja (Presbytis potenziani), Simakobu (Simias concolor). Sedangkan yang masuk dalam prioritas tinggi adalah Lutung banggat (Presbytis hosei), Lutung Natuna (Presbytis natuna), Bekantan (Nasalis larvatus ), Surili (Presbytis comata) dan surili Jawa adalah salah satu spesies yang sebelumnya merupakan sub spesies dari Surili.
Pada Taman Nasional Gunung Merbabu yang luasan sebesar  6.016 Ha. (Penataan batas kawasan Taman Nasional oleh BPKH Wilayah XI) terdapat hanya 3 jenis Primata antara lain : Lutung Jawa (Tracypithecus auratus), Lutung kelabu (Presbytis fredericae), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), ketiga jenis primata ini hidup dan tersebar hampir merata dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu baik disisi Barat yang yang memiliki curah hujan tinggi maupun disisi timur Gunung yang merupakan daerah bayangan hujan.
      Salah satu primata yang hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Merbabu adalah  Surili Jawa. Berdasarkan IUCN Surili Jawa atau Javan fuscous leaf monkey (Presbytis fredericae Sodi,1930) adalah jenis dalam kategori Endangered (dalam bahaya) dalam red List IUCN. Di Masyarakat, jenis ini dikenal sebagai Rek-rekan sebagaimana di Gunung Slamet (Setiawan, 2007), Sedangkan dimerbabu disebut lutung abu-abu (haryoso, 2011). Jenis Ini adalah jenis primate yang cantik dan indah dengan warna hitam yang kuat berkombinasi dengan warna putih yang jelas sehingga sangat menarik untuk diamati.

          Presbytis adalah monyet dengan ukuran antara 42 s/d 62 cm dengan kepala bulat dengan rambut membentuk jambul diatas kepala dengan ujungnya runcing, hidung pesek dan perut besar dengan ekor lebih panjang daripada tubuh. Ekor memiliki ketebalan yang homogen dari pangkal hingga ujung ekor. Rambut diseluruh tubuhnya cukup tebal.
          Untuk jenis Surili Jawa (Presbytis fredericae) memiliki ciri khas yang sangat khusus, dimana saat masih kecil seluruh tubuhnya memiliki warna abu-abu. Sedangkan saat dewasa bulu disekujur tubuhnya berwarna hitam dengan bagian dada (ventral) berwarna putih dari tangan, kaki hingga ekor jenis ini. Bibir mulutnya terlihat putih.


Surili jawa pada mulanya dikategorikan dalam satu jenis dengan Surili (Presbytis comate) yang tersebar di Jawa Barat. Surili jawa pada saat itu dianggap sebagai sub spesies dari Surili (Presbytis comata comata) dengan nama ilmiah Presbytis comate fredericae. Sub spesies Presbytis comata comata yang tersebar di Jawa Barat yang tersebar digunung Halimun, Gunung Salak dll. Sedangkan Sub Spesies Presbytis comate fredericae yang tersebar di Jawa Tengah  mulai Gunung slamet di Jawa Tengah bagian Barat, dataran tinggi Dieng, Gunung Merbabu hingga Gunung Lawu di Jawa Tengah bagian Timur. Kemudian untuk Sub Spesies Presbytis comate fredericae  dikategorikan sendiri menjadi spesies dengan nama Presbytis fredericae.
Tempat tinggal Surili Jawa berada di Hutan Primer dan Sekunder hujan Dataran tinggi dengan ketinggian 2500 mdpl. banyak terdapat didataran tinggi dekat dengan gunung api. Surili tinggal di daerah-daerah lereng Pegunungan dengan jurang-jurang yang tinggi, yang sulit dijangkau oleh manusia.   Surili Jawa lebih sering menkonsumsi daun walaupun terkadang juga mengkonsumsi buah, bunga maupun biji. Jenis ini lebih folivorius daripada jenis presbytis genus lainnya dengan 62 % terdiri dari daun muda dan 6 % adalah daun tua.
Spesies ini masuk dalam daftar red List IUCN dengan status Endangered yang disebabkan oleh habitat yang semakin berkurang habitat alaminya mulai berkurang akibat kegiatan manusia dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya alam. Diperkirakan masih ada 1000 ekor yang masih hidup di habitat alaminya dan hanya 4 % disisa habitat alaminya tersebut. Khusus Surili Jawa, Jenis ini adalah jenis yang paling jarang ditemui dan rawan punah dibandingkan dengan jenis surili (Presbytis comata).
Perkiraan jumlah populasi surili Jawa ini mencapai 3 kelompok sedangkan populasinya diperkirakan kurang dari 100 ekor yang tersebar dalam 3 kelompok, 2 kelompok diwilayah Boyolali dan 1 kelompok diwilayah Magelang.
Oleh karena kondisi tersebut maka diperlukan langkah-langkah dalam upaya konservasi Surili jawa melalui identifikasi kondisi terkini populasi dan habitatnya  sehingga dapat diketahui Rencana Aksi yang tepat dalam Pengelolaan Surili Jawa (Presbytis fredericae)  agar dapat lestari dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Daftar Pustaka
Kementerian Kehutanan RI Direktorat Jenderal PHKA, 2008 “ ARAHAN STRATEGIS KONSERVASI SPESIES NASIONAL 2008 – 2018” dicetak dan diperbanyak oleh : JICA.
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, 2010. “Laporan Inventarisasi Flora Fauna” TN Gunung Merbabu.