Boyolali — Perkembangan kesenian di Kecamatan Selo,
Kabupaten Boyolali patut mendapat acungan jempol. Dari waktu ke waktu,
jumlah kelompok seni di kecamatan yang berada di lereng Gunung
Merapi-Merbabu ini terus bertambah. Tidak hanya perkembangan yang pesat,
namun regenerasinya juga berkembang dengan baik.
Dari data di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Boyolali,
tercatat ada 64 jenis kesenian yang tumbuh berkembang di lereng Merapi
Merbabu. Ada berbagai macam jenis kesenian yang ada, mulai dari bentuk
tarian hingga keprajuritan. Tarian keprajuritan paling mendominasi di
masyarakat Merapi Merbabu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Boyolali, Sugianto, mengungkapkan pihaknya terus melakukan monitoring
terhadap perkembangan kesenian di Selo. Tidak hanya itu, dinas juga
membuat terobosan baru dengan membuatkan lifleat, buku dan CD dalam
mempromosikan kesenian di Boyolali, khususnya di Selo.
Salah satu upaya yang saat ini sedang digarap adalah dalam rangka
sosialisasi sapta pesona. Dalam hal ini, dinas melakukan pendekatan
berbagai unsur wisata di Selo, seperti kelompok seni, homestay.
“Kami coba ajak mereka untuk satu kata dalam pengembangan kesenian di
Boyolali, masih banyak hal yang harus kita benahi, biar semua kelompok
seni dapat terwadahi dengan baik,” ungkapnya, Sabtu ( 28/4).
Berbagai jenis tarian yang saat ini berkembang di Selo seperti
Turonggo Seto, Topeng Ireng dan Tari Keprajuritan. hanya saja banyak
pihak yang menilai gerakan tarian berbagai kelompok hampir mirip dan
masih kurangnya kreasi.
timlo
RESORT SEMUNCAR
Rabu, 29 Mei 2013
Tersesat 4 Hari di Merbabu, Pelajar Asal Solo Ditemukan Selamat
Boyolali - Taufiq Umar Zainudin (16) pendaki yang
hilang di gunung Merbabu sejak Jumat pekan lalu, akhirnya ditemukan
dalam kondisi lunglai di bibir jurang. Taufiq langsung dilarikan ke
rumah sakit karena kondisinya yang sangat lemah setelah tersesat selama 4
hari karena terpisah dari rombongan.
"Taufiq ditemukan di wilayah Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali, siang ini. Dia ditemukan dalam kondisi selamat tergeletak di bibir jurang oleh warga. Kondisinya sangat lemah. Oleh warga kemudian dibawa ke rumah ketua RT setempat," ujar Komadan SAR Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, Senin (27/5/2013).
Lokasi diketemukannya Taufiq sekitar 7 kilometer dari sabana satu, yang merupakan titik awal hilangnya korban. Dari keterangan korban sementara, saat itu dirinya jatuh ke jurang. Kemudian berusaha naik lagi, tetapi kembali terperosok. Lalu berusaha cari jalan untuk naik dan menyusuri tebing-tebing di lereng gunung Merbabu, hingga akhirnya ditemukan warga. Selama tersesat dia hanya minum karena tidak membawa bekal makanan.
"Taufiq ditemukan di wilayah Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali, siang ini. Dia ditemukan dalam kondisi selamat tergeletak di bibir jurang oleh warga. Kondisinya sangat lemah. Oleh warga kemudian dibawa ke rumah ketua RT setempat," ujar Komadan SAR Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, Senin (27/5/2013).
Lokasi diketemukannya Taufiq sekitar 7 kilometer dari sabana satu, yang merupakan titik awal hilangnya korban. Dari keterangan korban sementara, saat itu dirinya jatuh ke jurang. Kemudian berusaha naik lagi, tetapi kembali terperosok. Lalu berusaha cari jalan untuk naik dan menyusuri tebing-tebing di lereng gunung Merbabu, hingga akhirnya ditemukan warga. Selama tersesat dia hanya minum karena tidak membawa bekal makanan.
Dua Pendaki Hilang di Gunung Merbabu
UNGARAN, KOMPAS.com - Dua orang pendaki dilaporkan
hilang di Gunung Merbabu sejak Senin (13/5/2013) siang kemarin.
Pencarian masih terus diupayakan oleh Tim SAR Bumi Serasi meski
terhalang cuaca buruk.
Kedua pendaki, Antok (17) dan Puguh Adi Saputro (19) naik dari basecamp Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Senin kemarin pukul 03.30WIB. Tim akan menuju puncak Merbabu dan turun ke basecamp Selo, Boyolali. Namun pada Senin siang keduanya mengirimkan pesan pendek telah tersesat karena baru saja Merbabu dilanda badai.
"Mereka adalah pendaki lokal dari Cuntel, masih pemula. Berangkat dari basecamp jam setengah empat pagi, tapi senin siang kontak terakhir lewat SMS kalau mereka kesasar," kata Koordinator SAR Getasan, Agus Surolawe, Selasa (14/5/2013) pagi melalui sambungan telephone.
Agus mengungkapkan, pihaknya langsung menerjunkan tiga tim SAR Getasan dan Manggala (Cuntel) untuk melakukan penjemputan pada senin siang itu juga. Tapi upaya itu belum membuahkan hasil. "Kemarin enam personil terbagi tiga tim langsung ke TKP, tetapi tidak menemukan atau berpapasan dengan pendaki yg dicari. Kami kesulitan memancarkan frekuensi sinyal HP dan HT ketika berada dijalur sampai puncak, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan mereka," ujar Agus.
Sementara itu, hingga Selasa pagi informasi dari Posko Selo, Boyolali juga belum mendapati kedua pendaki tersebut turun. Tim SAR akan kembali melakukan pencarian dengan tambahan personil dari Basarnas Jateng. "Tadi pagi Tim pertama terpaksa turun karena tidak membawa perbekalan yang cukup. Kami akan ulangi pencarian lagi siang ini. Dari Basarnas juga sudah kontak tadi pago meluncur enam personil dari mako Ngaliyan Semarang," tambah Agus.
kompas
Kedua pendaki, Antok (17) dan Puguh Adi Saputro (19) naik dari basecamp Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Senin kemarin pukul 03.30WIB. Tim akan menuju puncak Merbabu dan turun ke basecamp Selo, Boyolali. Namun pada Senin siang keduanya mengirimkan pesan pendek telah tersesat karena baru saja Merbabu dilanda badai.
"Mereka adalah pendaki lokal dari Cuntel, masih pemula. Berangkat dari basecamp jam setengah empat pagi, tapi senin siang kontak terakhir lewat SMS kalau mereka kesasar," kata Koordinator SAR Getasan, Agus Surolawe, Selasa (14/5/2013) pagi melalui sambungan telephone.
Agus mengungkapkan, pihaknya langsung menerjunkan tiga tim SAR Getasan dan Manggala (Cuntel) untuk melakukan penjemputan pada senin siang itu juga. Tapi upaya itu belum membuahkan hasil. "Kemarin enam personil terbagi tiga tim langsung ke TKP, tetapi tidak menemukan atau berpapasan dengan pendaki yg dicari. Kami kesulitan memancarkan frekuensi sinyal HP dan HT ketika berada dijalur sampai puncak, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan mereka," ujar Agus.
Sementara itu, hingga Selasa pagi informasi dari Posko Selo, Boyolali juga belum mendapati kedua pendaki tersebut turun. Tim SAR akan kembali melakukan pencarian dengan tambahan personil dari Basarnas Jateng. "Tadi pagi Tim pertama terpaksa turun karena tidak membawa perbekalan yang cukup. Kami akan ulangi pencarian lagi siang ini. Dari Basarnas juga sudah kontak tadi pago meluncur enam personil dari mako Ngaliyan Semarang," tambah Agus.
kompas
Kelompok Tani Gagas Program Satu Pendaki Satu Penanaman Pohon
BOYOLALI—Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali menggagas program Satu Pendaki Satu Penanaman Pohon di Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Sementara ini, mereka menyiapkan 1.600 bibit tumbuhan varietas lokal guna melancarkan program itu.
Hal itu sebagaimana disampaikan pendamping kelompok tani itu, Mujianto saat ditemui Solopos.com di Boyolali, Selasa (30/4/2013).
“Jika satu pendaki membawa satu bibit dan menanamnya, bisa ratusan pohon dalam sekan bertambah di gunung,” ujarnya.
Dia mengatakan hal itu sebagai ajakan pecinta alam untuk tak hanya menikmati Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Melainkan, kalangan tersebut juga diharapnya berperan aktif dalam menjaga keseimbangan.
Sementara ini, mereka menyiapkan 1.600 bibit tumbuhan varietas lokal guna melancarkan program itu.
Hal itu sebagaimana disampaikan pendamping kelompok tani itu, Mujianto saat ditemui Solopos.com di Boyolali, Selasa (30/4/2013).
“Jika satu pendaki membawa satu bibit dan menanamnya, bisa ratusan pohon dalam sekan bertambah di gunung,” ujarnya.
Dia mengatakan hal itu sebagai ajakan pecinta alam untuk tak hanya menikmati Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Melainkan, kalangan tersebut juga diharapnya berperan aktif dalam menjaga keseimbangan.
Kamis, 23 Mei 2013
Surili Jawa (Presbytis fredericae) An Interesting Primate In Merbabu
oleh Moh. Faddel Jauhar, S.Hut
Jumlah
spesies primata
di Indonesia diperkirakan antara 35 hingga 41 Jenis, dikarenakan banyaknya
temuan-temuan sub spesies yang layak
dijadikan sebagai spesies yang berdiri sendiri. Berdasarkan Arahan Konservasi
Spesies Nasional 2008-2018 Jenis Primata yang masuk dalam prioritas Tinggi dan
Sangat Tinggi antara lain sebagai Berikut: Orang
Utan Sumatera (Pongo Abeii), Bokoi
(Macaca pagensis), Bilou
(Hylobates klosii), Joja
(Presbytis potenziani), Simakobu
(Simias concolor). Sedangkan yang masuk dalam prioritas tinggi adalah Lutung banggat (Presbytis hosei), Lutung Natuna (Presbytis natuna), Bekantan (Nasalis larvatus ), Surili (Presbytis comata) dan
surili Jawa adalah salah satu spesies yang sebelumnya merupakan sub spesies
dari Surili.
Pada Taman Nasional Gunung Merbabu yang luasan sebesar 6.016 Ha. (Penataan batas kawasan Taman
Nasional oleh BPKH Wilayah XI) terdapat hanya 3 jenis Primata antara lain : Lutung
Jawa (Tracypithecus
auratus), Lutung kelabu (Presbytis
fredericae), Kera ekor panjang (Macaca
fascicularis), ketiga jenis primata ini hidup dan tersebar hampir merata
dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu baik disisi Barat yang yang memiliki
curah hujan tinggi maupun disisi timur Gunung yang merupakan daerah bayangan
hujan.
Salah satu primata yang hanya ditemukan di
Taman Nasional Gunung Merbabu adalah Surili
Jawa. Berdasarkan IUCN
Surili Jawa atau Javan fuscous leaf monkey (Presbytis
fredericae Sodi,1930) adalah jenis dalam kategori Endangered (dalam bahaya)
dalam red List IUCN. Di Masyarakat, jenis ini dikenal sebagai Rek-rekan sebagaimana di Gunung Slamet (Setiawan, 2007), Sedangkan dimerbabu disebut lutung
abu-abu (haryoso, 2011).
Jenis Ini adalah jenis primate yang cantik dan indah dengan warna hitam yang
kuat berkombinasi dengan warna putih yang jelas sehingga sangat menarik untuk
diamati.
Presbytis
adalah monyet dengan ukuran antara 42 s/d 62 cm dengan kepala bulat dengan
rambut membentuk jambul diatas kepala dengan
ujungnya runcing, hidung pesek dan perut besar dengan ekor lebih panjang
daripada tubuh. Ekor memiliki ketebalan yang homogen dari pangkal hingga ujung
ekor. Rambut diseluruh tubuhnya cukup tebal.
Untuk jenis Surili Jawa (Presbytis
fredericae) memiliki ciri khas yang sangat khusus, dimana saat masih kecil
seluruh tubuhnya memiliki warna abu-abu. Sedangkan saat dewasa bulu disekujur
tubuhnya berwarna hitam dengan bagian dada (ventral) berwarna putih dari
tangan, kaki hingga ekor jenis ini. Bibir mulutnya terlihat putih.
Surili jawa pada mulanya dikategorikan
dalam satu jenis dengan Surili (Presbytis comate) yang tersebar di Jawa
Barat. Surili jawa pada saat itu dianggap sebagai sub spesies dari Surili (Presbytis
comata comata) dengan nama ilmiah Presbytis comate fredericae. Sub
spesies Presbytis comata comata yang
tersebar di Jawa Barat yang tersebar digunung Halimun, Gunung Salak dll.
Sedangkan Sub Spesies Presbytis comate
fredericae yang tersebar di Jawa Tengah
mulai Gunung slamet di Jawa Tengah bagian Barat, dataran tinggi Dieng,
Gunung Merbabu hingga Gunung Lawu di Jawa Tengah bagian Timur. Kemudian untuk
Sub Spesies Presbytis comate fredericae dikategorikan sendiri menjadi spesies
dengan nama Presbytis fredericae.
Tempat tinggal Surili Jawa berada di Hutan Primer dan
Sekunder hujan Dataran tinggi dengan ketinggian 2500 mdpl. banyak terdapat
didataran tinggi dekat dengan gunung api. Surili tinggal di daerah-daerah
lereng Pegunungan dengan jurang-jurang yang tinggi, yang sulit dijangkau oleh
manusia. Surili Jawa lebih sering menkonsumsi daun
walaupun terkadang juga mengkonsumsi buah, bunga maupun biji. Jenis ini lebih
folivorius daripada jenis presbytis genus
lainnya dengan 62 % terdiri dari daun muda dan 6 % adalah daun tua.
Spesies ini masuk dalam daftar red List IUCN dengan
status Endangered yang disebabkan oleh habitat yang semakin berkurang habitat
alaminya mulai berkurang akibat kegiatan manusia dalam melakukan pemanfaatan
sumberdaya alam. Diperkirakan masih ada 1000 ekor yang masih hidup di habitat
alaminya dan hanya 4 % disisa habitat alaminya tersebut. Khusus Surili Jawa,
Jenis ini adalah jenis yang paling jarang ditemui dan rawan punah dibandingkan
dengan jenis surili (Presbytis comata).
Perkiraan jumlah populasi surili Jawa ini mencapai 3
kelompok sedangkan populasinya diperkirakan kurang dari 100 ekor yang tersebar
dalam 3 kelompok, 2 kelompok diwilayah Boyolali dan 1 kelompok diwilayah
Magelang.
Oleh karena kondisi tersebut maka diperlukan
langkah-langkah dalam upaya konservasi Surili jawa melalui identifikasi kondisi
terkini populasi dan habitatnya sehingga
dapat diketahui Rencana Aksi yang tepat dalam Pengelolaan Surili Jawa (Presbytis
fredericae) agar dapat lestari
dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Daftar
Pustaka
Kementerian Kehutanan RI Direktorat
Jenderal PHKA, 2008 “ ARAHAN STRATEGIS KONSERVASI SPESIES NASIONAL 2008 – 2018”
dicetak dan diperbanyak oleh : JICA.
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu,
2010. “Laporan Inventarisasi Flora Fauna” TN Gunung Merbabu.
Sabtu, 05 Mei 2012
Merbabu, Puncak Keindahan yang Mengagumkan dari Jawa Tengah
detikTravel Community -
Kabut, udara dingin, hutan yang lebat, serta sulitnya air menjadi halangan selama pendakian Gunung Merbabu, Jateng. Tapi, bila Anda berhasil menaklukan puncaknya, pesona dan keindahan alamnya bisa jadi hadiah yang berharga.
Gunung Merbabu yang terbentang di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah ini sudah menjadi primadona dikalangan para pendaki. Jalur yang sulit, udara dingin yang menusuk tulang jadi pertimbangan yang harus diperhatikan.
Kami pun mulai merencanakan perjalanan mendaki Merbabu. Pendakian kali ini memilih jalur Selo. Meskipun jalannya pagak panjang, pemandangan yang ditawarkan sangatlah indah dan mengagumkan.
Pukul 16.00 WIB kelompok sampai di basecamp. Istirahat sebentar dan menyesuaikan diri dengan hawa gunung yang sangat dingin bisa jadi pilihan tepat sebelum melakukan pendakian. Akhirnya, setelah semua dirasa cukup, sekitar pukul 17.00 WIB lebih pendakian pun dimulai.
Jalan yang menanjak, licin, dan banyak ranting pohon membuat nafas kami tak beraturan. Tak lama, Pos I Dok Malang pun berhasil kami lewati. Berhenti sejenak untuk mengatur ritme jantung sedari tadi berpacu dengan cepat. Kami pun melanjutkan perjalanan ke pos II dan III, Watu Tulis.
Malam menyelimuti perjalanan kami menuju puncak Merbabu. Sesekali berhenti di ujung bukit untuk melihat hamparan lampu kota yang seperti sungai mengalir menjadi hiburan selama perjalanan, "Indah, sangat indah." Luapan emosi jiwa ini pun tersalurkan ketika menatap tajam pesona lukisan Tuhan. Sejenak menikmati suguhan panorama alam yang membuat terasa segar dimata sangat sayang bila terlewatkan.
Pendakian kali ini pun akhirnya memasuki babak baru menuju Sabana I. Jalanan terjal dengan kemiringan 15 derajat siap menghadang. Rombongan terpecah menjadi dua bagian karena memang pada bagian ini ada 2 jalur.
Ah... badai semakin kencang dan kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos Sabana I. Setengah jam kami mendirikan tenda, dan berjuang melawan terpaan angin yang dahsyat.
Pukul 02.00 WIB, tenda ini serasa mau roboh. Angin yang menyapa kami sangat banyak dan tidak tahu malu. Di dalam tenda kami hanya bisa berdoa memohon perlindungan kepada-Nya. Selamatlah, pagi pun menjelang, angin agak sedikit reda.
Pagi ini, puncak Klenteng Songo yang menjadi Puncak I Gunung Merbabu menjadi target selanjutnya. Pukul 09.00 WIB kami memulai perjalanan ke lokasi yang berada di ketinggian 3.142 mdpl. Sekitar jam 11.00 kami kembali bergabung dengan rombongan pendaki yang lain.
Mengisi waktu selama pendakian kami melakukan lutisan atau dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan rujakan. Aktivitas seperti ini menjadi hal yang lumrah dilakukan para pendaki. Selain merekatkan kebersamaan sesi ini juga bisa digunakan untuk mencari teman baru dari rombongan lain yang tidak sengaja bertemu. Berfoto sejenak dan sedikit merasakan bius hawa gunung yang menembus hingga ke tulang terasa nikmat bersama dengan rujak yang kami santap.
Pemandangan alam di puncak Merbabu membuat mata ini tidak lelah untuk melolotot. Tubuh ini seakan tak merasakan lelah yang mendera, akibat pesona gagahnya Gunung Merapi yang sangat dekat dengan Gunung Merbabu. Hamparan sabana yang hijau menyerupai karpet hidup dan bunga edelwise tak lupa menyapa mata kami dengan warnanya yang khas.
Ehm... hiruk pikuk dan hingar bingar lampu sorot kehidupan kota seakan sirna dan hilang ketika berada di puncak kenikmatan ini. Menikmati kesuyian dan menghirup udara yang segar menjadi obat untuk tubuh ketika deru aktivitas duniawi melanda.
sumber :detiktravel
Sabtu, 21 April 2012
Desa Wisata Kopeng Tawarkan Ragam Tempat Berlibur
PEMANDANGAN alam pedesaan yang berpadu dengan keindahan tanaman bunga dan sayuran siap menyapa Anda saat bertandang ke Desa Wisata Kopeng di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Sajian wisata yang bisa dinikmati antara lain wisata alam pegunungan, kebun bunga, petik strawberi, berkuda, kerajinan, budaya dan kuliner. Desa Wisata Kopeng Tawarkan Ragam Tempat Berlibur
Saat memasuki daerah wisata, hawa dingin pegunungan sudah mulai terasa. Semakin mendekati daerah Kopeng, wisatawan bisa menikmati panorama perkebunan sayur-sayuran segar seperti wortel, kol, kentang dan sawi.
Di kawasan Desa Wisata Kopeng terdapat beberapa lokasi yang ideal dijadikan sebagai tempat berlibur bersama keluarga seperti area perkemahan atau lokasi outbond. Tersedia pula beberapa tempat untuk melangsungkan acara rapat dan seminar.
Air terjun Umbul Songo (Sembilan mata air) menjadi salah satu objek wisata yang bisa dijumpai. Konon, air terjun dipercaya ditemukan oleh para wali saat jaman Demak yang menjadi sumber air untuk kebutuhan berwudhu.
Tak ketinggalan terdapat sederetan villa yang umumnya difasilitasi dengan TV, air panas, ruang pertemuan, ruang makan, dapur, dan lahan parkir luas. Bagi mereka yang hobi mendaki, bisa menaklukan gunung Merbabu yang berketinggian 3150m. (jatengpromo.com/*/X-13)
sumber: Media Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)