Selasa, 29 November 2011

Daerah yang rawan pada jalur Pendakian Selo






Pada Dasarnya Jalur Pendakian dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu , Jalur Selo merupakan jalur yang memiliki tingkat kesukaran yang rendah, akan tetapi dalam pendakian, suatu ketika akan dapat berubah ketika cuaca dan kondisi tidak dalam keadaan yang baik.





Oleh karen itu perlu kami sampaikan


kondisi Jalur Pendakian Selo yang rawan dan kemungkinan kejadian dan kondisi yang akan menyertainya.





















No


Item


Keterangan


1.


Kebakaran


Dari Pos I hingga Pos Watu Sabana I, dulu pernah terjadi kebakaran besar pada tahun 2006


2.


Curam


Dari Pos pandeyan – Pos Batu Tulis, Pos Batu Tulis – Sabana I, Sabana I- Sabana II, kecuraman lebh dari 15 %.


3.


Erosi/longsor


Erosi dapat terjadi pada jalan menuju pos bayangan/Pos Kota dari Pos Pending dan dari Batu Tulis Menuju Sabana I, hal itu terjadi karena jalan pendakian erosi atau longsor akibat hujan yang deras.


4.


Larangan


Masuk ke dalam gugusan Edelweiss, melewati lereng curam, melewati jalan tembus dan bukan jalan resmi


5.


Suhu ekstrem


Melakukan pendakian pada saat musim Kebakaran hutan, musim hujan dengan intensitas tinggi, melakukan pendakian saat cuaca ektrem


6.


Lainnya


Pada musim kemarau jalan berdebu, pendaki hendaknya menggunakan masker untuk melindungi pernapasan.




Rabu, 23 November 2011

Lutung Abu, Surili Jawa, Presbytis fredrice

Salah satu fauna yang ada dikawasan Taman Nasional adalah lutung, jenis ini dilindungi dan diharapkan masyarkat mampu menjaga spesies ini. spesies ini menurut informasi merupakan jenis yang tersebar di jawa tengah saja. jenis ini adalah jenis yang berbeda dengan jenis surili yang ada dijawa barat yang disebut presbytis comata sebagaimana dalam wikipedia coba bndingkan dua gambar ini .





Presbytis comata





































dan Presbytis fredrice











































Untuk mengenal lebih jauh tentang Jenis-jenis primata teman-teman bisa kunjungi primata










Minggu, 20 November 2011

Cara Mengenali Tumbuhan




Saat berjalan-jalan dihutan, para pengunjung umumnya hanya menikmati pemandangan secara umum dan suasana serta udara yang ada. hanya sedikit sekali para pengunjung berusaha memahami tumbuhan sekitarnya. Pengunjung mampu mengenali tumbuhan hanya pada tumbuhan yang memiliki bentuk morfologi yang benar-benar berbeda. akan tetapi pada jenis-jenis tumbuhan yang memiliki morfologi berbeda pengunjung tidak begitu menghiraukannya, nah ini saya kutipkan cara mengenali tumbuhan.





Ada 5 cara mengenali tumbuhan


1.Kunci identifikasi pada buku flora


2.Identifikasi dengan spesimen herbarium


3.Mencocokan dengan atlas/gambar tumbuhan


4.Mengingat dan membandingkan dengan jenis yang telah dikenal


5.Menanyakan pada akhlinya.





Kenali tumbuhan dilihat dari bentuknya: kenali dari umum ke khusus, dari bawah ke atas, dari dalam ke luar bagian-bagiannya.





Kenali dari cara hidupnya dan bentuknya Pohon (besar, sedang, kecil), Perdu,


Semak, Liana, Pemanjat, Perayap, Terna, Epifit, Parasit, Saprofit)





kenali dari bentuk tajuknya : ada yang bulat, setengah bulat, payung, kerucut, pagoda, menyamping dan tak beraturan (hal ini berkaitan dengan bentuk percabangan kayu).


Kenali dari daunnya : Tunggal atau majemuk, Duduk daun (spiral, berseling dan berhadapan), Helaian daun ( bentuk ukuran, pertulangan, permukaan, tepi, ujung dan pangkal daun), kuncup (ditutup seludang, berbulu, bergetah/beresin)


Kenali melalui bunga : susunan bunga, bentuk, bau, warna dan ciri lain.


Kenali Buahnya : Batu, berry atau samara, bergetah, warna, kulit dsb.


Kenali Batangnya : Bentuk (berbanir, lurus dan bengkok), Kulit (beralur, mengelupas, pecah-pecah, berbintik, halus, bergaris melintang atau mendatar), Getah (merah,putih, kuning, bening), Bau (menyengat, busuk, wangi dll)


Kenali akarnya : Serabut dan tunggang, sistem perakaran (masuk dalam akar, permukaan, akar tunjang dan gantung)







Kondisi Fisik pada Jalur Pendakian Selo
















No


Item


Deskripsi Lokasi


1.


Tanah


Tanah pada Jalur pendakian selo merupakan jenis tanah berpasir, pada musim kemarau akan menimbulkan debu dan pada musim penghujan jalan tidak begitu becek. Terdapat jalan-jalan dengan batuan besar dan sedang yang terletak diatas petak watu tulis.


2.


Kemiringan/ Topografi


Kemiringan Jalan interpretasi pada jalur interpretasi selo bervariasi antara kemiringan 5-40 %. Kemiringan 8-15 % dapat dijumpai pada jalan interpretasi Pandeyan – watu tulis,


3.


Iklim/cuaca


Iklim tipe B berdasarkan Schmidt dan ferguson, pada daerah-daerah yang lapang sering terjadi badai dimalam hari dengan anngin yang kencang.


4.


Ketersediaan Air


Air hanya dapat diperoleh di awal pintu masuk/base camp, air tersebut diambil dari lokasi dimana di daerah tersebut terdapat mata air “Tuk Pakis” yang digunakan oleh masyarakat desa Tarubatang dan Selo, di jalur selanjutnya tidak ada sumber air.


5.


Penutupan Vegetasi


Penutupan vegetasi dengan tingkat tinggi pada jalan interpretasi base camp – Bukit bayangan,


dan penutupan dengan tingkat sedang –rendah pada jalan interpretasi bukit bayangan – pandeyan dan sebagian pada jalur pandeyan-watu tulis


6.


Suhu


Suhu rata-rata pada malam hari mencapai


Sedangkan suhu pada siang hari mencapai


7.


Jarak Tempuh


Kira kira 7 jam


Selasa, 08 November 2011

SYARAT SIMAKSI BTN GUNUNG MERBABU




TATA CARA PENDAKIAN KE MERBABU


Kegiatan pendakian dapat menimbulkan dampak terhadap kawasan seperti: sampah, erosi, vandalisme, pencemaran sumber air dan pengambilan sumber daya alam hayati seperti bunga edelweiss. Oleh karena itu kegiatan pendakian harus dapat meminimalkan dampak tersebut dan meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung.


Pos/jalur Pendakian Resmi ke Gunung Merbabu:


1. Pos Selo, di Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Boyolali


2. Pos Wekas, di Desa Kenalan, Kecamatan Pakis, Magelang


3. Pos Cuntel, di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Semarang


4. Pos Tekelan, di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Semarang


Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pendakian di TNGMb


A. Ketentuan Memasuki Kawasan TNGMb:


1. Mengajukan surat ijin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI) pada Balai TNGMb dilengkapi dengan fotocopy identitas diri dan biodata semua pengikut. (untuk kegiatan misalnya berupa diklatsar mapala dsb, Mapala harus membawa : proposal kegiatan, Fc KTP/KTM pimpinan rombongan, dan detail identitas peserta beserta no telp, dan jumlahnya, termasuk didalam surat ijin melakukan kegiatan, jangan lupa bawa materai 6000, agar lebih mudah dikarenakan rombongan dari tempat jauh, sebaiknya telp ke kantor (0276) 3293341, 3293347, kemudian dokumen dikirim lewat email : tn_merbabu@yahoo.co.id. sampaikan keperluan dan kapan akan melengkapi berkas sekaligus akan berangkatnya.





2. SIMAKSI berlaku setelah membubuhkan materai 6000 rupiah.


3. Segala resiko yang terjadi pada saat pendakian menjadi tanggung jawab masing-masing pemegang simaksi


4. Berkoordinasi dengan Kepala Seksi pengelolaan Wilayah di masing-masing jalur pendakian(SPTN 1 di Kopeng, kabupaten Semarang dan SPTN 2 di Krogowanan kabupaten Magelang), aparat setempat atau volunteer.


5. Tidak melakukan pendakian pada saat kondisi tidak memungkinkan (hujan lebat, badai, longsor).


6. Mematuhi segala tata tertib pendakian Gunung Merbabu yang ditentukan oleh Balai TNGMb.


7. Walaupun udah ada simaksi p


B. Tata Tertib Pendakian


1. Telah mendapatkan SIMAKSI dari Balai TNGMb


2. Menggunakan peralatan pendakian standar yang diperlukan selama pendakian.


3. Tidak diperkenankan membawa senjata tajam yang dapat merusak flora atau fauna di dalam kawasan TNGMb


4. Membawa kantong plastik sebagai tempat sampah untuk kemudian dibawa turun kembali.


5. Tidak diperkenankan membawa minuman beralkohol


6. Setiap pendaki yang membuat perapian harus memastikan sisa api sudah mati


sebelum meninggalkan kawasan Taman Nasional


7. Dilarang mengganggu flora dan fauna yang dijumpai di dalam kawasan TNMGMb


8. Menghubungi petugas TNGMb atau volunteer di jalur pendakian apabila terjadi kecelakaan saat pendakian.

Soto "Ndelik"




PDFCetakE-mail






(1 vote)






Warung soto yang satu ini ini terletak di daerah yang tidak lazim digunakan sebagai lokasi usaha, tersembunyi dari jalan raya dan agak sulit dicari. Mungkin, karena itulah soto ini dinamakan Soto Ndhelik (sembunyi). Pertama kali saya diajak oleh teman-teman saya untuk makan disini saya bingung. Kok pakai acara muter-muter dan mblusuk area yang sempit dan bahkan sempat tersesat jalan. Mau cari apa sih? Warung soto khan di pinggir jalan banyak. Sesampainya di warung tersebut rasa penasaran saya terbayar, menu soto sapi yang menjadi menu utama warung ini menggelitik lidah saya. Warung soto ini memang hanya menyediakan menu soto daging sapi, dan tidak menyediakan jenis soto yang lain (misalnya ayam atau babat).



Inilah keistimewaan dari warung soto milik Pak Marjo yang berdiri sejak tahun 1999. Rasa daging sapi terasa nikmat karena daging yang digunakan adalah benar-benar daging tanpa atau pun jeroan.



Ditambah lagi keahlian mengolah daging sapi membuat daging yang disajikan dalam soto terasa empuk. Warung soto ini juga didukung oleh pasokan daging yang baik. Mengingat Boyolali adalah salah satu kota yang terkenal dengan sapinya, jadi kualitas bahan baku pasti terjamin.



Selain dari dagingnya, kuahnya juga sedap. Tidak terlalu tajam rasa sapi (biasanya dihasilkan dari lemaknya) tetapi juga tidak terlalu hambar (anyep kalau orang Jawa bilang). Kombinasi rasa daging dan kuah inilah yang membuat warung soto ini penuh pada jam-jam makan siang. Bagi yang suka makan soto dengan lauk pauk tertentu, jangan khawatir. Salah satu hal yang membuat saya suka makan di warung soto ini adalah lauk pauknya yang lengkap. Mulai dari yang ringan seperti kerupuk, karak, tahu, tempe, keripik usus sampai sate telur puyuh dan sate ati ampela.



Harga satu porsi soto sapi di warung ini tergolong murah, yaitu Rp.2000. Untuk lauk pendukungnya, harganya berkisar antara Rp 200 sampai Rp.2000. Dijamin tidak akan membuat anda jatuh miskin.



Meskipun berada di lokasi yang tersembunyi dan di tengah-tengah pemukiman warga, warung soto ini juga memperhatikan kenyamanan parkir pengunjungnya. Di seberang warung soto disediakan tanah lapang yang cukup luas sebagai tempat parkir kendaraan roda dua maupun roda empat.



Bagi Anda pecinta soto sapi yang sedang melintas jalan raya Solo – Semarang, tidak ada salahnya mencoba soto ndhelik di daerah pasar Sunggingan Boyolali ini.



Soto Ndhelik - Kampung Sriyatno, Karanggeneng, Boyolali, Jawa Tangah

(Sebelah timur pasar Sunggingan, stadion Sunggingan masuk satu gang ke arah timur)


sumber : liburan info

Segarnya Soto Sedaap Boyolali




Segarnya Soto Sedaap Boyolali 0




Selasa, 22 Des '09 13:55







Sepulang dari Batang, Mlandhing sempat ditraktir teman di RM Soto Sedaap Boyolali. Awas, jangan terkecoh dulu. Meski namanya menyandang kata Boyolali, tapi lokasinya jelas di jalan raya kendal. Bisa jadi di Boyolali sana ada pusatnya.


Btw, coba cermati plank namanya, tulisan sedap-nya itu pakai dua "a". Mungkin si pengelola mau menegaskan kesedapan hidangannya ya... entahlah... tapi yang jelas, dua masakah spesialities dari rumah makan ini memang sedap.


Tengok saja sotonya. Soto yang disajikan di sini khas soto ndeso yang bumbunya minimalis banget. Minimalis bukannya membuat soto sedaap boyolali ini jadi pecundang. Justru tidak! Sotonya sama sekali tak berlemak. Kuah kaldunya ringan tanpa bumbu berlebihan. Segar banget jadinya. Penyajiannya pun 'sedikit'. Satu mangkok nasinya sedikit saja. Tidak mengenyangkan tapi cukup untuk ganjal perut. (aku yakin kalau cowok pasti gak cukup satu mangkok saja sotonya).


Hidangan lain yang cukup nendang adalah thengklengnya. Bumbunya juga tidak berlebihan. Dagingnya cukup empuk, jadi kita tak perlu 'berkelahi' saat menggerogoti tulang-tulangnya. Satu mangkok thengkleng cukup banyak. Pun begitu karena Mlandhing menyantapnya tanpa nasi, rasanya jadi pengennambah. Sayang mereka tidak membolehkan kalau tambahnya cuma separuh. Musti satu porsi... hiks.


Harga disini cukup terjangkau. Soto dijual Rp 4.500/porsi. Sedangkan thengkleng tanpa nasi Rp 14.000. Tambahan lauk pauk seperti tempe, bergedel, dan aneka sate ditawarkan mulai harga Rp 2.000 - Rp 4.000.


Tertarik? Silakan mampir di rumah makan ini. Kalau dari arah Semarang menuju ke Batang, dia ada di Jl Raya Sukarno Hata depan Hotel Anugerah, Kendal.


Segarnya Soto Seger Mbok Giyem Boyolali




Perjalanan jauh dari Semarang-Solo atau sebaliknya tanpa mampir ke Warung Soto Seger Mbok Giyem, Boyolali, membuat perjalanan itu ada yang kurang. Warung sederhana yang terletak sekitar delapan meter dari Jalan Raya Kota Boyolali itu bisa menjadi tempat rehat.

Di depan warung soto itu tiga orang pemusik Boyolali dapat menjadi teman melepas penat dan menunggu hidangan disajikan. Baladhewe, begitu sebutan grup berbekal dua kentrung dan sebuah selo, menembangkan lagu-lagu keroncong dan campursari yang kadang diselingi dengan siulan mengikuti musik yang sedang dimainkan.


Para pengunjung dapat memesan dua jenis soto seger, yaitu soto seger daging sapi dan soto seger daging ayam. Meskipun kedua soto itu dagingnya berbeda, pelengkap soto itu sama, yaitu nasi putih, bihun, kecambah, potongan daun selada dan loncang, serta bawang merah goreng.


Yang khas dari soto itu adalah kuahnya. Kuah soto seger bening dan tidak terlalu banyak lemak. Minyak yang terapung di kuah soto menjadi penggurih rasa kuah. Apalagi jika ditambah dengan peresan jeruk nipis, kecap, dan sambal, kekuatan rasa kuah lebih terasa.


Paling pas, soto seger itu disantap dengan kerupuk karak atau kerupuk yang terbuat dari nasi kering dan sate ayam berisi telur, usus, kulit, dan daging. Kerupuk karak yang kemeriuk akan menjadi penambah gurihnya soto, sedang sate ayam melengkapi menu daging soto.


Para pengunjung tidak usah sungkan untuk meminta tambah seporsi soto seger karena harganya “ramah kantong”. Semangkuk soto seger, baik daging ayam maupun daging sapi, Rp 3.000.


Mangkuk sajiannya pun khas. Soto seger daging ayam disajikan dalam mangkuk berukuran kecil, sedang soto seger daging sapi dalam mangkuk berukuran sedang.


“Mangkuk yang berbeda itu memang disengaja untuk menunjukkan kekhasan dari kedua soto itu,” kata Sugiyem (73) yang kerap dipanggil Mbok Giyem oleh para pelanggannya.


Pada 1970, Mbok Giyem mengawali usahanya dengan membuka warung sate kambing. Setiap pagi-sore, ia berjualan sate, kemudian sore- malam berjualan soto.


Kini, warung Mbok Giyem tidak hanya warung sate dan soto. Warung itu dikembangkan anak dan cucunya menjadi warung ayam dan bebek goreng dan setiap bulan puasa membuka warung mobil Mbok Giyem.


Mbok Giyem yang selalu menerapkan prinsip kejujuran itu terus melanggengkan moto warungnya, yaitu “ana rega, ana rupa, ana rasa, lan resik”. Warung Soto Seger Mbok Giyem buka tiap hari pukul 06.00- 21.30. (Kuliner, Kompas, Hendriyo Widi)

TNGM Desak Perhutani Selesaikan IPPA

Getasan, CyberNews. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM) mendesak kepada Perhutani untuk menyelesaikan izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA). Sebab, tanpa itu kegiatan usaha PT Kopeng Treetop Adventur Park di areal taman nasional di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, boleh dibilang ilegal.



Hal itu disampaikan Kepala Balai TNGM Dulhadi kepada wartawan usai mengikuti pertemuan Perhutani Unit I Jateng, warga Kopeng, dan PT Kopeng Treetop Adventure Park di Kantor Polsek Getasan, akhir pekan lalu.



Pihaknya menuding kegiatan usaha PT Kopeng Treetop Adventur Park melanggar sejumlah regulasi yang ditetapkan pemerintah pusat. Regulasi yang dilanggar antara lain Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.



Selain itu, kegiatan usaha yang dibuka bersama Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya (JPLPL) Perum Perhutani Unit I Jateng itu, juga dianggap melanggar Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010. Karena, hingga saat ini kegiatan usaha tersebut belum memiliki izin pengusahaan pariwisata alam (IPPA) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan.



Sebagaimana diketahui, pada 2009 lalu PT Kopeng Treetop Adventure Park berkerja sama dengan KBM JPLPL Perum Perhutani Unit I Jateng membuka kegiatan usaha dalam bentuk pengusahaan pariwisata dan usaha pariwisata di areal TNGM. Namun, hingga sekarang kegiatan usaha tersebut belum memiliki IPPA.



"Meski begitu, kami tidak bisa menutup paksa kegiatan usaha tersebut. Atas dasar itu, kami mendesak KBM JPLPL Perum Perhutani Unit I Jateng dan PT Kopeng Treetop Adventure Park segera menyelesaikan proses pembuatan IPPA di Kementerian Kehutanan agar kegiatan usaha menjadi legal," katanya.



( Moch. Kundori , Basuni Hariwoto / CN31 / JBSM )


Energi Berkesenian "Ensiklopedia Dusun"



MAGELANG, KOMPAS.com--Buku berjudul "Konon" karya wartawan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Hari Atmoko berupaya mengabadikan sejarah kreasi kesenian dan kebudayaan seniman Komunitas Lima Gunung di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Buku ini mengabadikan pengalaman penulis di Lima Gunung, misalnya ketika Studio Mendut menjadi sekolah, suatu hari ada pelajaran tentang bahasa Jepang dan Inggris," kata redaktur harian Kompas, Hariadi Saptono pada peluncuran buku "Konon" di Studio Mendut, di Magelang, Rabu.

Buku setebal 299 halaman ini merupakan artikel lepas penulis yang pernah disiarkan di Kantor Berita ANTARA. Selama sepuluh tahun Hari Atmoko menjelajahi gunung dan desa-desa di wilayah Magelang.

Penulis mencatat dan mengumpulkan sebuah perjalanan praktik kesenian yang berlangsung dan dilakukan di wilayah gunung-gunung di Magelang, yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan pegunungan Menoreh.

Penulis menata serpihan-serpihan bentangan mozaik kesenian masyarakat dusun di wilayah lima gunung dengan mendalami wujud kebersahajaan pikiran, impian, dan campur aduk beragam kepentingan ekspresi budaya.

Hariadi menilai penulis mampu menampilkan detail-detail yang utuh sehingga bisa menjadi studi antrolopogi. "Hal ini merupakan pengawetan fakta sejarah yang luar biasa," katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Yusuf Chudlori menyampaikan terima kasih kepada penulis, pada masa mendatang masyarakat Magelang akan mengetahui kegiatan seniman Lima Gunung melalui buku tersebut.

"Saya berterima kasih kepada Hari Atmoko, karena melalui buku ini saya yakin anak-anak saya dan anak-anak Magelang akan tahu polah tingkah zaman mbiyen (dahulu) ada seniman atau budayawan Tanto Mendut, Ismanto, dan banyak sejarah yang dipetik dari buku Konon," katanya.

Ia mengatakan, kesadaran tentang dokumentasi perlu dibangun teman-teman dari media. "Dengan kesadaran tersebut Hari Atmoko mampu merekam dan mendokumentasikan suatu peristiwa dengan baik," katanya.

Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Jawa Tengah Ahmad Zaenal yang ikut menghadiri peluncuran buku tersebut mengatakan, bagi wartawan buku merupakan mahkota, karena setiap hari bergelut denga kata-kata.

Ia mengatakan, Hari Atmoko yang pernah bertugas di Timor Timur ini sebagai wartawan yang tulisannya menyoroti produk dari bawah.

"Kantor Berita ANTARA memberi ruang untuk tulisan bertema seni, semoga rekan lain bisa menulis buku, kompilasi dengan tema sama menjadi sebuah buku dokumen. Selama ini tidak banyak wartawan yang telaten mengumpulkan karya lama menjadi buku," katanya.

Hari Atmoko mengatakan gerakan kebudayaan masyarakat lima gunung juga merespon isu-isu nasional, peristiwa alam, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan membawa pesan kemanusiaan serta persaudaraan antarsesama termasuk berbasis pluralisme yang dikembangkan Gus Dur.

Ia mengatakan, buku "Konon" merupakan kumpulan artikel spektrum terkait aktivitas seni budaya tingkat lokal di Magelang dalam lima tahun terakhir.

Pengantar buku "Konon" oleh Presiden Lima Gunung yang juga pengajar program pascasarjana ISI Yogyakarta, Sutanto Mendut dan dosen ISI Surakarta yang saat ini sedang penelitian tentang lima gunung untuk program doktornya, Joko Aswoyo.

sumber kompas

Hewan Liar Gunung Merbabu Terancam Punah


Muchus Budi R. - detikNews





Boyolali - Kebakaran berulang kali melanda hutan di lereng Gunung Merbabu. Selama 2006, 568,2 hektar hutan ludes terbakar. Berkurangnya debit air dan kepunahan hewan liar menjadi ancaman serius. Perhutani mencatat, dalam sepuluh tahun terakhir kebakaran berskala besar terjadi di lereng Gunung Merbabu, yaitu pada tahun 1997, 2001 dan 2006. Kebakaran tahun 2006 telah meludeskan 568,2 hektar hutan alam lereng Merbabu. Kasubdin Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, Ir Juwaris, memaparkan kebakaran itu menyebabkan konservasi dan habitat hewan liar di lereng Merbabu berkurang drastis, bahkan terancam punah. "Hewan liar yang paling terancam adalah tupai ekor panjang, disamping kera dan hewan lainnya," ujar Juwaris di Balaidesa Candisari, Kecamatan Ampel, Boyolali, Selasa (7/11/2006) saat memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Selain itu kebakaran juga meludeskan berbagai jenis tanaman langka, menyusutnya debit mata air, serta berpengaruh pada suhu udara yang semakin panas dan kering di kawasan tersebut. Sebagai langkah penyelamatan, Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah, Perhutani serta Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali mengadakan sosialisasi penanggulangan kebakaran hutan. Ketiga instansi Pemerintah itu mendorong pembentukan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH


10.000 Hektar Hutan Rawan Kebakaran





Jum'at, 4 Januari 2008








Lebih dari 10.000 hektar hutan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, rawan terbakar. Musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih kering dari tahun 2006 dan 2007. Kebakaran hutan umumnya terjadi akibat ulah manusia, baik pembalak yang mengalihkan perhatian petugas maupun kelalaian warga membuang puntung rokok atau sisa api unggun.


Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Kebakaran Hutan Kabupaten Boyolali yang diselenggarakan di Kantor Bupati Boyolali, Selasa (24/6). Rapat dihadiri sejumlah instansi kehutanan, seperti dari Balai Taman Nasional Gunung (BTNG) Merbabu, BTNG Merapi, Perum Perhutani Unit I, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa, dinas terkait, dan para camat.


Kerawanan kebakaran dikemukakan Kepala BTNG Merbabu Untung Suprapto terkait ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika tentang kekeringan. �Padahal, 34 personel di BTNG Merbabu belum satu pun mendapat pelatihan pengendalian api,� kata Untung.


Sementara staf BTNG Merapi menyatakan, tiga tahun terakhir tak ada kebakaran hutan di Gunung Merapi seksi Kabupaten Boyolali. Tahun 2006, di BTNG Merbabu ada kebakaran seluas 463 hektar dan di KPH Telawa 540 hektar. Tahun 2007, kebakaran di KPH Telawa 307 hektar dan BTNG Merbabu 10 hektar.


Tahun ini, areal hutan di jalur pendakian BTNG Merbabu berpotensi terbakar. Di KPH Telawa, hutan yang rawan terbakar seluas 5.107,5 hektar dengan tanaman jati di bawah 20 tahun serta hutan rimba dengan tanaman nonjati 3.310,5 hektar. Demikian Administratur KPH Telawa Hadiyanto.


Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Sukadi mengatakan, pada Juni 2008 Bupati Boyolali membentuk Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran tingkat Kabupaten Boyolali.


Deforestasi


Kerusakan hutan atau deforestasi menyumbang 18-20 persen emisi gas rumah kaca dunia. Oleh karena itu, salah satu pekerjaan besar Indonesia adalah merehabilitasi hutan yang rusak.


Hal itu dikatakan Menteri Kehutanan MS Kaban yang menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional �Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim�, Selasa di Kota Semarang.


Ia mengakui, laju kerusakan hutan di Indonesia jauh lebih tinggi daripada laju rehabilitasi. Tuntutan pembangunan menyebabkan deforestasi besar-besaran. Berkurangnya luas tutupan hutan membuat kualitas lingkungan terus menurun serta menimbulkan bencana ekologis, seperti banjir bandang dan kekeringan. (GAL/A09)