Boyolali, CyberNews. Upaya pemadaman api yang membakar kawasan hutan lindung Gunung Merbabu terus dilakukan. Upaya pemadaman mengalami kendala karena hanya mengandalkan peralatan sederhana seperti gepyok, sabit dan cangkul.
Kondisi diperparah dengan tiupan angin kencang ke arah utara. Amukan si jago merah sudah mencapai kawasan hutan di atas Desa Ngagrong dan Candisari, Kecamatan Ampel. Bahkan, dikhawatirkan api bisa meluas hingga kawasan Kopeng, Kabupaten Semarang.
Kawasan hutan yang terbakar mayoritas adalah kawasan padang ilalang. Kondisi rumput dan ilalang yang kering mengakibatkan api dengan cepat terus merambat. Kawasan yang terbakar meliputi, Puncak Songo, Gunung Kendit, Puncak Syarif, Puncak Kukusan dan Puncak Gumuk Bantalan.
Petugas Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM) bersama masyarakat terus berupaya memadamkan amukan api. Warga khawatir kebakaran meluas hingga kawasan lading milik wargayang dekat dengan pemukiman. Sebagai antisipasi, warga membersihkan ilalang dekat dengan ladang agar api tidak merembet.
“Api terus membesar dan sulit dipadamkan, apalagi tiupan angin di kawasan puncak sangat kencang,” ujar Naryo (61) seorang warga, Kamis (29/9).
Warga juga was-was jika kebakaran merusak sumber air bersih. Di kawasan puncak, terdapat tiga buah sumber air yang digunakan warga 10 desa di Kecamatan Ampel. Kini, aliran air sudah menyusut. Bila kebakaran meluas ke bawah, maka bisa merusak jaringan pipa air bersih.
Kendala Serius
Menurut Wayan, Kepala seksi 1 BTNGM, upaya pemadaman menghadapi kendala serius. Pasalnya, pemadaman hanya mengandalkan peralatan sederhana. Langkah itu hanya bisa dilakukan dengan cara mendekati lokasi kebakaran. Padahal, lokasi kebakaran sulit dijangkau karena medannya sangat berat.
Petugas dibantu warga harus naik turun tebing dan jurang untuk menjangkau kawasan yang terbakar. Otomatis, pergerakan tersebut tidak bisa dilakukan dengan cepat. Di sisi lain, tiupan angin kencang mengakibatkan api dengan cepat merembet membakar padang rumput yang mengering serta kawasan berkabut tebal.
Belum lagi, kondisi tanah di kawasan puncak yang berupa tanah remah. Kondisi tanah berpasir yang gembur dan didalamnya terdapat akar pohon maupun rumput yang mengering. Akibatnya, bara api tetap bisa membakar akar-akar pohon di dalam tanah tersebut.
( Joko Murdowo / CN26 / JBSM )
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar