Selasa, 08 November 2011

10.000 Hektar Hutan Rawan Kebakaran





Jum'at, 4 Januari 2008








Lebih dari 10.000 hektar hutan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, rawan terbakar. Musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih kering dari tahun 2006 dan 2007. Kebakaran hutan umumnya terjadi akibat ulah manusia, baik pembalak yang mengalihkan perhatian petugas maupun kelalaian warga membuang puntung rokok atau sisa api unggun.


Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Kebakaran Hutan Kabupaten Boyolali yang diselenggarakan di Kantor Bupati Boyolali, Selasa (24/6). Rapat dihadiri sejumlah instansi kehutanan, seperti dari Balai Taman Nasional Gunung (BTNG) Merbabu, BTNG Merapi, Perum Perhutani Unit I, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa, dinas terkait, dan para camat.


Kerawanan kebakaran dikemukakan Kepala BTNG Merbabu Untung Suprapto terkait ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika tentang kekeringan. �Padahal, 34 personel di BTNG Merbabu belum satu pun mendapat pelatihan pengendalian api,� kata Untung.


Sementara staf BTNG Merapi menyatakan, tiga tahun terakhir tak ada kebakaran hutan di Gunung Merapi seksi Kabupaten Boyolali. Tahun 2006, di BTNG Merbabu ada kebakaran seluas 463 hektar dan di KPH Telawa 540 hektar. Tahun 2007, kebakaran di KPH Telawa 307 hektar dan BTNG Merbabu 10 hektar.


Tahun ini, areal hutan di jalur pendakian BTNG Merbabu berpotensi terbakar. Di KPH Telawa, hutan yang rawan terbakar seluas 5.107,5 hektar dengan tanaman jati di bawah 20 tahun serta hutan rimba dengan tanaman nonjati 3.310,5 hektar. Demikian Administratur KPH Telawa Hadiyanto.


Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Sukadi mengatakan, pada Juni 2008 Bupati Boyolali membentuk Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran tingkat Kabupaten Boyolali.


Deforestasi


Kerusakan hutan atau deforestasi menyumbang 18-20 persen emisi gas rumah kaca dunia. Oleh karena itu, salah satu pekerjaan besar Indonesia adalah merehabilitasi hutan yang rusak.


Hal itu dikatakan Menteri Kehutanan MS Kaban yang menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional �Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim�, Selasa di Kota Semarang.


Ia mengakui, laju kerusakan hutan di Indonesia jauh lebih tinggi daripada laju rehabilitasi. Tuntutan pembangunan menyebabkan deforestasi besar-besaran. Berkurangnya luas tutupan hutan membuat kualitas lingkungan terus menurun serta menimbulkan bencana ekologis, seperti banjir bandang dan kekeringan. (GAL/A09)



1 komentar:

  1. "Hi!..
    Greetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
    visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
    Aktual

    BalasHapus